Sunday, 20 July 2014

Pengalaman PPMBR (Program Pengabdian Masyarakat Berbasis Riset)

#Hari1
"Keberangkatan"

Halloooo, selamat pagi semua.
Apa kabar kalian? Semoga masih dalam keadaan yang sehat ya. Kali ini aku akan membagi pengalamanku saat mengikuti PPMBR UGM (Program Pengabdian Masyarakat Berbasis Riset). PPMBR ini dilaksanakan di Pangpajung, Modung, Bangkalan, Madura. Kegiatan ini diikuti oleh total 28 anak dari berbagai jurusan di UGM. Namun, tidak semua anak ikut berangkat pada hari pemberangkatan.

Pemberangkatan PPMBR pada Senin, 14 Juli 2014 pukul 22.10 dari Terminal Giwangan, Yogyakarta. Sebelum menuju terminal kami mempersiapkan apa-apa saja yang akan dibawa dari KPFT (Kantor Pusat Fakultas Teknik) yang merupakan titik berkumpul sebelum ke terminal. Cukup banyak memang barang-barang yang harus dibawa ke Madura, mulai dari buku-buku, pupuk organik, rangkaian kincir, dan lainnya. Setelah persiapan selesai, kami segera berangkat ke terminal mengendarai motor, sementara barang-barang dibawa oleh pickup. Sesampainya di terminal, sudah ada beberapa anak yang menunggu di sana. Karena belum terlalu kenal antar anggota PPMBR, kami pun saling berkenalan. Setelah semuanya sudah dipastikan berangkat dengan cara diabsen oleh Dita, kami segera menuju tempat pemberangkatan bis. Kelompok dibagi menjadi dua. Satu kelompok terdiri dari anak PPM Teknik menggunakan Bis Eka alasannya agar kincir bisa masuk bagasi, karena ukurannya yang cukup besar. Kemudian kelompok lainnya menggunakan Bis Mira. Sebelum berangkat kami berdo'a memohon keselamatan dan kelancaran kepada Allah SWT.
Pemberangkatan PPMBR dari Terminal Giwangan

Bus berangkat sekitar pukul 22.10 dari Terminal Giwangan dan sampai di Madura pada Selasa, 15 Juli 2014 sekitar pukul 08.37. Perjalanan yang cukup panjang memang, tapi aku terbiasa untuk mengamati dunia sekitar saat dalam perjalanan, jadi tidak tidur. Berawal dari Yogyakarta, kemudian masuk Klaten, Surakarta, dan sampai di Solo sekitar pukul 23.30 dengan pemandangan Terminal Solo pada malam hari. Setelah istirahat sejenak, kemudian bis kembali melaju memasuki Karanganyar.



#Hari2
Chapter 1
“Alam Jawa Timur”

        Memasuki hari ke dua, Selasa, 15 Juli 2014. Perjalanan berlanjut ke Sragen di sepanjang kota ini, pertamakalinya aku melihat pemandangan Gunung Lawu asli bukan gambar. Walaupun yang Nampak hanyalah siluetnya yang lebih gelap dari kegelapan malam yang cerah. *bahasanya ga ambigu kan?

        Selanjutnya masuk ke propinsi sebelah timur Jawa Tengah, yaitu Jawa Timur. Di awali dari Ngawi, pertamakalinya juga aku melihat Pondok Pesantren Gontor yang sangat terkenal itu. Pondok pesantren ini tidak memusat di satu wilayah di Ngawi, tapi terbagi di beberapa tempat di Ngawi aku melihat ada tiga pondok pesantren dengan masjid sebagai pusatnya. Pondok pesantren yang ke tiga begitu indah, berada di tengah hamparan sawah dan memancarkan sinar terang ke dunia sekitarnya. Tidak hanya itu Ngawi terkenal akan hutannya, sepanjang jalan naik turun belak-belok berjajar pohon-pohon penghuni hutan. Di Ngawi siluet Gunung Lawu terlihat lebih jelas lagi ditambah nyala lampu dari desa-desa yang berada di kaki Lawu. Di Ngawi, bis juga sempat transit di rumah makan.

        Setelah Ngawi, masuk ke Madiun. Di sini kami bertambah personilnya yang menunggu di Terminal Caruban, Madiun yaitu Febri. Kemudian berturut-turut masuk ke Nganjuk, Jombang, dan Mojokerto. Nah, pada peralihan antara Jombang dan Mojokerto juga terdapat peralihan cuaca. Di Jombang keadaan di luar masih normal seperti di kota-kota lainnya. Namun, saat masuk Mojokerto di luar terdapat kabut yang cukup tebal, entah apa penyebabnya. Apakah memang tempatnya ada di ketinggian atau apa aku kurang tahu. Di Mojokerto kami Sahur On the Road dengan menu yang dibawa dari Jogja.

Pantulan cahaya lampu di permukaan air sungai
(gambar belum berhasil)
        Berlanjut ke Sidoarjo, di sini bis melintasi sungai yang entah apa namanya. Tebakanku sih Kali Porong tempat pembuangan lumpur Lapindo. Apapun itu, yang penting di permukaan airnya terpantul cahaya dari lampu penerang di sepanjang sungai yang tenang, mantap!
Kami menuju ke Terminal Purabaya di Sidoarjo sebelum melanjutkan perjalanan ke Madura. Sesampainya di terminal kami segera menuju masjid untuk melaksanakan kewajiban sholat shubuh, waktu sudah menunjukkan pukul 05.00. Setelah sholat, kami pun mencari teman-teman lain yang menggunakan Bis Mira. Kami yang menggunakan Bis Eka bertemu dengan Pak Rohman bersama kedua anaknya Hikam dan Al yang ikut menjemput kami untuk menuju Madura. Selain bertemu Pak Rohman, kamu juga bertemu dengan teman-teman yang langsung berangkat dari daerah dekat terminal, ada Satria dan Hani. Menang cukup panjang proses pencarian, karena terminalnya juga cukup besar. Beberapa cuplikan percakapan telepon.
A      : “Kalian dimana?”
B      : “Di terminal, di masjid dekat pintu masuk terminal. Kalian dimana?”
A      : “Di masjid juga.”
B      : “Kok ga ada. (kami berjalaan berpindah tempat) Kami di tempat penurunan penumpang.”
A      : “Kalian di sebelah mana?”
B      : “Kalian lihat tulisan Ramayana ga?”
A      : “Enggak.”
Lalalalalalalalalalalalalalalalalalalalala, masih panjang percakapan hingga akhirnya kami bertemu dengan tim full di tambah yang nyusul lagi Dzimash yang langsung ke Terminal Purabaya.

Suasana jalan di atas tol Suramadu, sedikit terlihat jembatan Suramadu
        Pak Rohman sudah menyiapkan “taksi” yang akan membawa kami ke Madura. Kami pun segera masuk ke “taksi” dan segera berangkat. Saat memasuki kawasan tol di Surabaya penataan wilayahnya cukup baik dan terkesan rapi. Memasuki daerah pelabuhan banyak terlihat peti-peti besar untuk mengangkut barang. Ini nih saatnya kami melintasi penghubung Surabaya dengan Madura yang sangat terkenal itu. Ya! Jembatan Suramadu. Pemandangan dari Suramadu sangat menakjubkan, selat Madura yang memantulkan cahaya matahari pagi berwarna keemasan. Terlihat Pulau Madura yang menanti kedatangan kami. Kami memasuki Kabupaten Bangkalan, kemudian terus hingga ke Kecamatan Modung. Sepanjang perjalanan, kami disuguhi pantai yang berjarak kurang dari 200 meter dari jalan raya dengan pohon bakau di tepian jalan yang berbuah lebat. Sesekali terlihat kapung nelayan yang cukup padat. Tak sengaja aku juga melihat ada burung elang dengan spesifikasi warna bulu badannya coklat dengan bulu di kepala berwarna putih terbang di atas sawah. Apakah itu elang jawa???
       
        Setelah kurang lebih dua jam perjalanan kamipun sampai di desa Pangpajung, tempat tujuan kami. 


#Hari2
Chapter 2
“Adaptasi”

Sesampainya di Pangpajung, kami disambut oleh kakak-kakak KKN UGM (Kuliah Kerja Nyata Universitas Gadjah Mada) di sana. Kode KKNnya adalah JTM16. Terdiri dari sembilan putra dan enam belas putri. Segera kami menata barang-barang ke tempat menginap di kediaman Pak Rohman di dusun Gumong. Saatnya istirahat dan berbaur.

Setelah cukup beristirahat, tim KKN akan melakukan survey ke setiap sub unitnya. Aku kebagian ikut survei ke Dusun Gepeng, dusun paling ujung dari tempat menginap bersama enam anak KKN. Harusnya tujuh, tapi satu lagi sedang ada Monev PKM. Enam anak itu adalah Mas Fini, Mas Tyas, Mba’ Hera, Mba’ Ivon, Mba’ Siti dan Mba’ Syifa di tambah Ardhi, anak kelas empat SD dari dusun Gepeng yang selalu ikut saat kakak-kakak KKN survey. Survei bertujuan untuk mengetahui seberapa tahu warga dengan program KKN tahun lalu serta untuk silaturahmi dengan warga sekitar dan menyosialisasikan program KKN tahun ini sehingga dapat diketahui antusiasme warga terhadap program-program KKN.

Perjalanan survei di Dusun Gepeng tim KKN JTM16
Kami berangkat menuju Dusun Gepeng menggunakan motor sekitar pukul 11.00. Sesampainya di sana, kami berkunjung ke rumah kepala dusun untuk memarkir motor dan memberi tahu bahwa kami akan melakukan survey. Sebelum survey, kami pergi ke masjid terlebih dahulu untuk sholat dzuhur dan menyiapkan bahan untuk survey. Setelah persiapan beres, kami berangkat survey dari satu rumah ke rumah lainnya. Terlihat mudah memang, tapi…………… banyak kendala, hal utama yang membuat susah adalah masyarakat di sana hanya sedikit yang dapat berbahasa Indonesia, kebanyakan dari mereka berbahasa Madura, mungkin perbandingannya 10:3. Memang menjadi tantangan tersendiri melakukan sosialisasi saat puasa, apalagi surveinya jalan kaki. Survei selesai sekitar pukul 15.15, di akhiri dengan survey digester biogas yang tahun lalu sempat dibuat, namun sudah berhenti beroperasi dan rencananya akan diperbaiki. Selesai survey kami sholat ashar sebelum kembali ke tempat penginapan, sebut saja basecamp. Berdasarkan pengamatanku, semua rumah di Pangpajung terdiri dari dua bangunan. Satu bangunan seperti rumah pada umumya, dan satu bagian lagi berbentuk rumah panggung dengan ukuran sekitar 4x4 meter persegi, dengan tinggi 1 meter dari permukaan tanah. Bangunan ini difungsikan sebagai mushola. Kearifan local yang harus dilestarikan.
Tim KKN JTM16 saat survei ke rumah warga

Nah, kali ini ada acara yang sudah disiapkan kakak-kakak KKN. Kami pergi ke pantai yang jaraknya tidak sampai dua ratus meter dari tempat penginapan. Di pantai kami berkenalan lebih jauh dengan permainan yang menambah keakraban. Keceriaan sore hari sambil ngabuburit menunggu waktu berbuka. Menjelng berbuka, kami kembali ke basecamp, agendanya adalah kegiatan bebas, boleh mandi, istirahat, bantuin menyiapkan buka, main, ngobrol-ngobrol, dan lainnya.

Waktu berbukapun tiba, kami berbuka bersama di atas tanah di bawah langit dengan pemandangan senja yang indah. Nikmat sekali suasananya. Habis berbuka, dilanjutkan dengan sholat maghrib. Kemudian kembali istirahat menanti waktu sholat isya. Saat memasuki waktu sholat isya, kami pun sholat isya dilanjutkan dengan sholat tarawih.

Selesai sholat tarawih, masih ada agenda yaitu briefing untuk persiapan esok hari. Briefing di sampaikan oleh Miftah selaku wakil ketua. Kemudian dilanjutkan agenda yang bagiku baru dan sangat bermanfaat, yaitu inventarisasi buku. Ini merupakan program PPMBR yang diajukan oleh PPM Pendidikan. Melakukan pendataan buku-buku yang akan mengisi perpustakaan di Desa Pangpajung. Jadi buku-buku diberi kode-kode sedemikian rupa sehingga mudah untuk pendataan, bahasa dari anak Kearsipan di DDC. Dengan mengadakan perpustakaan diharapkan minat baca di Desa Pangpajung meningkat. Selesai inventarisasi, aku dan beberapa anak lainnya berniat mencari makanan karena lapar di tengah malam. Namun, setelah menyusuri jalan, tidak ada satupun warung yang masih membuka lapaknya. Jadi, ya sudah kami kembali ke basecamp, kami  beristirahat untuk mempersiapkan stamina guna berkegiatan esok hari.

Selamat istirahat…



#Hari3
 “Bongkar Bongkar Bongkar!”

        Waktu menunjukkan pukul 03.30, hari baru dimulai. Rabu, 16 Juli 2014, kami segera bangun untuk makan sahur. Sama seperti saat berbuka, kami makan sahur di atas tanah di bawah langit. Suasananya begitu tenang. Kemudian dilanjutkan sholat shubuh, setelah itu ada yang masih tetap terjaga, tapi ada juga yang memutuskan untuk menuruti nafsu untuk berbaring kembali. 

Rencananya hari ini akan membongkar digester biogas di dusun Gumong. Pembongkaran dilakukan karena digester yang sudah tidak dapat berfungsi lagi. Bagian pengeluarannya mampat karena fakor ketinggian antara bagian pemasukan dan pengeluaran yang seharusnya lebih tinggi bagian pemasukan, tapi teryata sama.

Pukul 08.00 kami mulai melakukan pembongkaran, sebenarnya mudah saja, tinggal bongkar, sudah. Namun, ingat, ini digester biogas yang sudah pernah diuji coba. Jadi pasti sudah ada isinya. Kalian pasti tahukan isinya apa? Ya jelas, namanya saja biogas, isinya kotoran sapi. Walaupun bisa diisi dengan kotoran lain, tapi yang paling pas adalah kotoran sapi. Selain karena teksturnya yang liat, kotoran sapi tidak tercampur dengan tanah, sehingga mudah dalam pemilahan. Inilah yang menjadikan pembongkaran digester memerlukan waktu yang tidak sedikit. Bayangkan, kami harus memindahkan satu ton lebih kotoran sapi yang terbungkus plastik ke tempat yang jaraknya sepuluh meter. Jadi, kami memutuskan untuk membelah plastiknya, kemudian kotoran sapi diangkut dengan ember sedikit demi sedikit sehingga isinya cukup untuk dipindahkan oleh sekitar sepuluh orang (tim KKN dan tim PPMBR). Setelah kurang lebih tiga jam melakukan pengangkutan berkutat dengan kotoran sapi, akhirnya proses pembongkaran selesai.

Saatnya isho, istirahat, sholat. Setelah sholat dzuhur tim biogas kembali melakukan agenda, kali ini pembuatan digester biogas. Kali ini kami ketambahan tiga anak dari PPM Teknik yang menyusul karena ada Monev PKM, Hafiz, Dita dan Fari. Pembuatan digester biogas menggunakan plastic yang dirangkap tiga, ujung-ujungnya disambungkan dengan pipa berdiameter empat inchi kemudian diikat dengan karet ban dan dilapisi dengan lakban. Ini merupakan pengalaman baru bagiku. Tidak butuh waktu lama memang membuatnya. Kerja sama tim yang bagus.

Setelah selesai membuat digester dilanjutkan dengn isho, istirahat dan sholat ashar dan juga mandi. Kemudian ngabuburit, dilanjutkan dengan bua puasa, sholat maghrib, sholat isha, dan sholat tarawih.

Seperti biasa, setelah sholat tarawih, kami kembali briefing, dan dilanjutkan inventarisasi buku-buku perpustakaan. Selepas inventarisasi kembali berusaha mencari makanan. Kali ini masih ada warung mie ayam yang buka, alhamdulillah. Kami menyantap mie ayam di warung di tepi jalan kedinginan karena tiupan angin dari pantai yang cukup besar bagi yang tidak biasa di pantai. Setelah itu, kami kembali ke basecamp dan beristirahat.


#Hari4
 “Lailatul Qodar?”

        Seperti kemarin, kami bangun pukul 03.30 untuk makan sahur. Kamis, 17 Juli 2014 selesai sahur dilanjutkan sholat shubuh. Setelah itu aku memilih untuk tetap terjaga, karena pukul 08.00 akan ada pelatihan vertikultur dari kakak-kakak KKN.

        Vertikultur merupakan teknik menanam di lahan yang sempit dengan memanfaatkan media tanam sedemikian rupa sehingga lahan yang sempit itu dapat dimaksimalkan. Teknik ini cocok banget buat anak kos yang ingin bercocok tanam di kosan mereka. Tanaman yang dapat ditanam dengan cara ini pun beragam, mulai dari kangkung, selada, sawi, tomat, dan lainnya yang mempunyai tinggi < 0.5 meter. Biasanya akan dibuat pot bergantung (vertical). Pelatihan diisi oleh Husna, Mba’ Nungki dan Mba’ Putri. Kami pun langsung memraktikannya dengan membuat pot dengan botol air mineral ukuran 1,5 liter yang digantung disusun tiga secara vertical. Cara membuatnya cukup mudah. Oh ya, kalau kalian berminat, benih dan pupuk yang dibutuhkan dapat dibeli di Plaza Agro di Fakultas Pertanian/Peternakan.

Perjalanan pulang setelah memperbaiki instalasi biogas
    
Setelah pelatihan vertikultur, agenda dilanjutkan instalasi biogas di Dusun Derih bersama tim KKN dan tim PPMBR. Dusun Derih berada di sebelah timur Dusun Gumong, jadi jarak yang ditempuh hanya 5-10 menit jalan kaki. Kali ini, instalasi biogas tidak perlu dibongkar, karena masalah hanya ada pada pengeluaran yang kurang tingginya. Maka, tim biogas menambah tinggi pengeluarannya untuk memperbaiki. Pipa-pipa memang ada beberapa yang rusak, jadi beberapa juga diganti dengan yang lebih baik. Saat dicek, kompor gas yang disambungkan dengan biogas ini masih dapat menyala dengan baik. Tinggal menunggu waktu saja sampai beberapa kali pengisian insya Allah instalasi biogas ini dapat berfungsi seperti semula. Perlu menunggu waktu seminggu untuk mengetahui hasilnya, karena proses pengisian yang memang membutuhkan cukup banyak waktu dan ketelatenan. Oleh karena itu kakak-kakak KKN akan memantau perkembangan instalasi biogas ini. Semangat kakak… Perbaikan instalasi biogas ini kira-kira lima jam, sudah termasuk istirahat sholat. Selesai melakukan perbaikan instalasi biogas, kami segera kembali ke basecamp.

        Di basecamp, tepatnya di sebelah utara basecamp, ada tim lain yang sedang mengerjakan pembuatan kerangka penutup instalasi biogas. Kerangka ini difungsikan untuk menutup digester biogas agar terhindar dari cuaca maupun kemungkinan-kemungkinan lain yang dapat merusak digester ini, biasanya karna di rusak ayam). Pembuatan kerangka menggunakan bambu dengan ditutup semacam fiber. Dengan adanya kerangka ini, diharapkan kerusakan biogas akibat factor dari luar dapat diminimalisasi.
Pembuatan kerangka penutup instalasi biogas
Pembuatan kerangka penutup instalasi biogas

        Pukul 15.30, waktuya untuk istirahat sholat. Kami memanfaatkan untuk istirahat, mandi, dan sholat ashar. Sambil menunggu waktu berbuka dan waktu istirahat, kami biasa bermain kartu.

Waktu istirahat
        Saat tiba waktu berbuka puasa kami segera berbuka, dilanjutkan dengan sholat maghrib, sholat isya, dan sholat Tarawih. Seperti biasa, setelah sholat tarawih dilanjutkan dengan briefing untuk kegiatan esok harinya. Setelah briefing, kami jalan-jalan malam mencari makan karena lapar sudah menghampiri. Kami menemukan warung bakso dan nasi goreng. Akhirnya kami makan di situ, sambil mengobrol obrolan santai. Namun, anehnya tidak seperti malam sebelumnya yang selalu saja ada tiupan angina dari pantai, kali ini sama sekali tidak ada angina. SEDIKITPUN… Apakah ini pertanda Lailatul Qodar? Hanya Allah yang Mengetahuinya.


        Setelah menyantap bakso, kami melanjutkan inventarisasi sebelum akhirnya kami beristirahat.


#Hari5
 “Farewell”


Dini hari pada Jum’at, 18 Juli 2014 kembali kami sahur untuk yang ke sekian kalinya di Pangpajung, Madura. Suasana sahur yang hangat hingga memecah dinginya udara waktu itu. Tiba saatnya kami harus terbagi menjadi dua tim.

·     Tim pertama bertugas memberikan pelatihan penanaman vertikultur kepada warga.
Sambutan dari warga sangat baik, mereka antusias mengikuti pelatihan vertikultur ini. Mereka tertarik untuk melakukan cara tanam ini karena lebih efisien.

·     Tim kedua bertugas merancang kincir angin untuk memompa air (ini masih riset)
Kincir angin ini sebelumnya sudah dirangkai di Yogyakarta, tetapi saat dibawa ke Madura dibuat partisi-partisi agar memudahkan membawanya.

Kedua kegiatan tersebut kami lakukan hingga sekitar pukul 11.00, karena hari Jum’at. kami (para perjaka) bersiap untuk sholat Jum’at. Pengalaman langka yag kami dapatkan adalah saat khotbah Jum’at, khotib full memakai bahasa arab. Mungkin karena berada di sekitar wilayah pesantren. Selepas sholat Jum’at, kami kembali melanjutkan kegiatan kami hingga waktu ashar. Selesai melakukan kegiatan itu seharian, kami istirahat sembari menyegarkan kembali badan dan pikiran.

Sore harinya, sekitar pukul 17.00 kami berkumpul di pantai. Kami melakukan deep intro dengan semua teman-teman dari UGM yang ada di Pangpajung. Pada suasana itu juga sekaligus menjadi salam perpisahan dengan tim KKM. Kami saling memperkenalkan diri serta berbagi cerita. Menjelang waktu berbuka puasa kami kembali ke basecamp. Seperti biasa, tapi tidak biasa karena ini buka puasa terakhir di Madura sebelum kembali ke Yogyakarta. Berbuka di bawah langit senja Pangpajung dengan angin semilir. Suasana yang pasti membuat kangen untuk berkunjung ke sana lagi.

Kami kembali ke Yogyakarta selepas sholat tarawih. Sebelumnya kami sudah packing barang-barang yang akan kami bawa pulang. Ya, usai sholat tarawih kami segera bersiap untuk pulang, kami berpamitan dan berfoto bersama tim KKN-PPM JTM16 tak lupa dengan Pak Rohman beserta warga Pangpajung yang sudah mau menampung kami selama beberapa hari di Madura. Kami diantarkan dengan mobil menuju terminal Purabaya di Surabaya. Setelah itu perjalanan dilanjutkan menggunakan bus ke Yogyakarta.

Pengalaman lima hari itu benar-benar tak tergantikan, membuat kami menjadi lebih tau apa  itu pengabdian, riset, dan kebersamaan.

Sampai jumpa di tulisan berikutnya.

Terima Kasih

Allah SWT
Tim PPMBR
KKN-PPM JTM-16
Warga Pangpajung

dan semua pihak yang mendukung

No comments:

Post a Comment