Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah strategis. Terletak diantara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera (Pasifik dan Hindia). Hubungan Indonesia dengan kedua benua tersebut baik hingga adanya banyak kerja sama baik bilateral, maupun multilateral. Namun, untuk pemanfaatan samuderanya sendiri Indonesia masih terlalu fokus pada wilayah laut yang masuk pada samudera Pasifik. Sementara itu, untuk pengelolaan kawasan laut yang berbatasan dengan Samudera Hindia, Indonesia masih kurang. Padahal Samudera Hindia memiliki potensi yang besar yang dapat membantu dalam mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Samudera Hindia (Indien Ocean) menempati urutan ketiga dalam hal luas setelah samudera Pasifik dan Atlantik. Samudera ini mempunyai luas sekitar 73.440.000 km2, dengan luasan tersebut Samudera Hindia menutupi sepertujuh permukaan bumi. Batas-batas Samudera Hindia adalah di bagian barat benua Afrika, bagian utara dengan benua Asia, dibagian timur dengan benua Australia serta dibagian selatan oleh benua Antartika.
Samudera Hindia berada di atas lempeng Samudera Hindia. Lempeng ini bersifat aktif bergerak ke arah utara-timur laut. Karena lempeng samudera lebih berat (memiliki massa jenis yang tinggi) dari pada lempeng benua, akibatnya lempeng ini menunjam ke arah pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa-Nusatengara, membentuk palung Jawa. Selain itu, juga terbentuk jalur gunung api aktif sepanjang Pulau Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara. Dengan adanya aktifitas tektonik dan vulkanik ini, maka daerah ini memiliki potensi gempa dan tsunami. Namun, wilayah ini memiliki kekayaan berupa potensi Hydro Carbon dan mineral logam.
Gambar 1. Visualisasi penunjaman lempeng samudera dengan lempeng benua |
Di Samudera Hindia dan negara-negara yang berbatasan dengannya terdapat lebih dari 65% minyak mentah dunia, 53% gas alam, 80,7% emas, 55% timah, dan 77,3% karet alam. Potensi tersebut sangat mungkin untuk dijadikan energi alternatif. Sementara itu untuk produksi perikanan, Samudera Hindia juga sangat kaya. Samudera Hindia merupakan habitat dari ikan tuna, siklus hidup ikan tuna mulai dari bertelur dan dewasa ada di Samudera Hindia. Selain ikan tuna yang melimpah, terdapat juga cumi-cumi, gurita, udang, dan ikan-ikan lainnya yang dapat dijadikan produksi di bidang perikanan suatu negara. Sementara itu, 1/3 dari total penduduk dunia, atau sekitar 2 miliar jiwa terdapat di negara-negara Samudera Hindia.
Samudera Hindia menjadi jalur lalu lintas kapal-kapal kargo dan kontainer. Kapal tersebut biasanya mengangkut produk-produk seperti minyak dan gas untuk dibawa ke negara tujuan. Lalu lintas kapal-kapal ini akan mengalami peningkatan setiap tahunnya, sehingga Samudera Hindia akan semakin ramai.
Indonesia sampai saat ini masih belum memanfaatkan potensi Samudera Hindia secara optimal. Fokus Indonesia untuk kebijakan pembangunan umumnya ke pantai Timur Sumatera dan pantai Utara Jawa. Indonesia harus mulai mengembangkan pada pengelolaan di bagian selatan yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Terutama pada pulau-pulau yang menjadi garda depan Indonesia di Samudera Hindia. Dapat di awali dengan peningkatan akses terhadap kebutuhan bahan pokok, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, sarana dan prasarana, serta percepatan pembangunan di wilayah pulau-pulau dan perbatasan.
Negara-negara di kawasan Samudera Hindia memiliki beberapa kerjasama baik bilateral maupun multirateral di mana Indonesia juga banyak terlibat dalam kerja sama tersebut. Salah satu bentuk kerja samanya adalah INDIAN OCEAN RIM ASSOCIATION (IORA). IORA didirikan pada bulan Maret 1997. Awalnya IORA bernama Indian Ocean Rim Initiative dan Indian Ocean Rim Association for Regional Cooperation (IOR-ARC). Negara yang menjadi pendirinya adalah Afrika Selatan, Australia, India, Kenya, Mauritius, Oman dan Singapura (Core Group States/M7). Sekretariat IORA ada di Mauritius. IORA dipimpin oleh Sekretaris Jenderal, Duta Besar KV Bhagirath (sejak 1 Januari 2012). Indonesia masuk menjadi anggota IOR-ARC pada 7 Maret 1997. Indonesia dipercaya untuk menjadi Ketua IORA periode 2015-2019. Sampai saat ini IORA beranggotakan 20 negara (Australia, Bangladesh, Indonesia, India, Comoros, Seychelles, Iran, Kenya, Madagaskar, Malaysia, Mauritius, Mosambik, Oman, Singapore, Afrika Selatan, Sri Lanka, Tanzania, Thailand, Uni Emirat Arab, dan Yaman). Fokus IORA adalah pada Keamanan dan keselamatan maritim, fasilitasi perdagangan dan investasi, manajemen perikanan, penanganan bencana alam, kerjasama akademisi dan IPTEK, serta promosi pariwisata dan pertukaran budaya.
Dari paparan di atas, jelas bahwa Indonesia berpeluang menjadi poros maritim dunia melalui pengelolaan yang belum dimanfaatkan Indonesia. Perlu langkah-langkah untuk mewujudkan cita-cita ini. Diawali dengan menjadikan Samudera Hindia sebagai fokus lain NKRI dengan memperkuat dan meningkatkan kebijakan pemerintah Indonesia terhadap Samudera Hindia, meningkatkan partisipasi aktif kalangan akademisi dan kalangan bisnis, meningkatkan survei, penelitian dan pengkajian terhadap Samudera Hindia, serta memperkuat dan mempererat kerjasama internasional di wilayah Samudera Hindia.
Daftar Pustaka :
Daftar Pustaka :
- Bahan kuliah Minggu 6 oleh Bapak I Made Andi Arsana
- http://www.antarasultra.com/print/277267/dari-samudera-hindia-menuju-poros-maritim-dunia
- http://firms.fao.org/firms/resource/16002/en
- http://firms.fao.org/firms/resource/10577/en
- http://www.iora.net/
Daftar Gambar :
No comments:
Post a Comment